REKOMENDASI 200 MUBALLIGH?

MEMBANGUN KARAKTER
Mei 11, 2018
KULIAH UMUM DI PESANTREN ALAM
Juli 6, 2018

Daftar 200 penceramah yang rilis dan direkomendasikan oleh Kementrian Agama RI pada hari  Jumat, 18 Mei 2018 telah menimbulkan kontroversi dan mengundang polemik luas di tengah masyarakat, tidak ketinggalan warganet jagat maya juga riuh menanggapi dengan berbagai komen dan istilah. Ada yang memunculkan lagi istilah “MUBALLIGH PELAT MERAH” yang dulu pada jaman orde baru istilah tersebut lazim digunakan. Ada juga yang menulis komentar “kok mirip IQ 200??”. Bahkan ada yang menyebut daftar penceramah yang dikeluarkan tersebut adalah penceramahnya “kelompok Nganu”, tanpa proses assessment dan uji kompetensi sebagai mubaligh tiba-tiba keluar list nama-nama  Mubaligh dan lain lain.
Reaksi masyarakat tersebut menunjukkan bahwa langkah Kemenag tersebut berpotensi memecah belah ummat  sekaligus kontra produktiv dengan semangat perjuangan para pahlawan & pounding father kita mempersatukan ribuan pulau, ratusan ribu suku dan bahasa dalam satu tekad dan cita-cita Kemerdekaan Republik Indonesia selama bertahun-tahun dan juga beberapa generasi. Paling tidak wibawa pemerintah yang saat ini diberi amanah berkuasa akan merosot jika ternyata rekomendasi tersebut diabaikan oleh masyarakat. 
Meskipun ada alasan dan kondisi yang menyebabkan keluarnya rekomendasi tersebut (sesuai jawaban menteri agama di media) tetap saja akan muncul perasaan didiskriminasi pada muballigh-muballigh  yang tidak ada di daftar. Bisa timbul anggapan di masyarakat bahwa dai tersebut bisa dikategorikan penceramah ekstrim, padahal jumlah mereka sangat banyak jika melihat kebutuhan yang sekitar 800.000. Bagaimana kira-kira perasaan ustadz kita yang jumlahnya ratusan ribu tersebut, apakah mau menerima stigma sebagai penceramah garis keras, intoleran, tidak berwawasan kebangsaan, anti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)  dan sebagainya ? akan banyak ulama yang merasa diabaikan dan merasa dijauhi oleh pemerintah. 

Penceramah yang ada di daftar rekomendasi belum tentu merasa nyaman karena predikat ulama adalah predikat yang mulia dan tidak sembarang orang meraihnya, sehingga tidak pantas untuk dibanding bandingkan kapasitas keilmuan dan keteladanannya dengan ulama lain. Mereka pasti merasa risih dengan senior atau gurunya yang justru tidak direkomendasikan. Pemerintah dan “muballigh rokemendasi” akan kecele bila ternyata masyarakat lebih memilih “muballigh non rekomendasi”, pengikut ceramahnya lebih banyak, lebih populer. Mereka pasti tidak mau dibilang “ulama rekomendasi” apalagi dicap “Dai pelat Merah”.

Kepada masyarakat kami menghimbau untuk tetap tenang, tidak perlu menanggapi rilis tersebut secara berlebihan, hak untuk memilih penceramah tetap ada pada masing-masing ummat. Rekomendasi tersebut bukanlah rujukan utama. Kita bebas memilih penceramah yang kita anggap baik, bisa dipertanggung jawabkan, membawa kedamaian, ber visi kemaslahatan sebagaimana tujuan utama diutusnya Rosulullah Muhammad SAW di bumi sebagai “ Rahmatan lil alamiin”. 
Kepada Kemenag, sebaiknya rekomendasi tersebut dievaluasi bila perlu dicabut. Seyogyanya kemenag tidak perlu terlalu jauh mencampuri urusan teknis ummat beragama, cukup diingatkan saja rambu-rambu ataupun batasan ceramah yang tidak boleh disampaikan. Jangan lagi ada kebijakan yang aneh-aneh yang bikin gaduh suasana apalagi di bulan ramadhan ini.
“Sebaik-baik pemerintah adalah yang dekat dengan ulama dan sebaik-baik ulama adalah yang tetap menjaga jarak dengan pemerintah”.
Kepada muballigh & muballigha/dai/penceramah yang tetap istiqamah menyuarakan kebenaran, mendakwahkan ajaran Islam sesuai Al Qur’an dan hadist terkirim salam hormat kami, tetaplah di jalan Allah, jangan surutkan langkah, jangan terpengaruh oleh celaan para pencela ataupun pujian dari para pemuji, Ini adalah tugas dari langit, Insya Allah kami semua akan setia di belakang mu. Tetaplah di jalan Da’wah, beri kami keteladanan, berikan kami pencerahan, bawalah kami menuju maqom yang semakin dekat kepada Allah Sang Pencipta dan jauhkan kami dari fitnah dan malapetaka. Mari bersama menggapai ridho Ilahi, Semoga Allah melindungi kita semua sampai ajal menjemput, Amin 
dr. Hisbullah 
Pengasuh Pesantren Alam Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Whatsapp